Kisah Wanita Terkaya di Asia bak Telenovela

JAKARTA, Investor Daily

Kisah hidup Nina Wang bak telenovela Mandarin. Perjalanan hidup wanita terkaya di Asia itu diwarnai perselingkuhan, perebutan harta kekayaan, penculikan, dan pembunuhan. Hingga akhir hidupnya, wanita yang dijuluki Little Sweetie itu masih menjadi perbincangan khalayak karena meninggalkan warisan senilai US$ 4,2 miliar. Surat surat wasiatnya untuk seorang paranormal sungguh mengejutkan.


Terlahir dengan nama Kung Yu Sum di Shanghai, Nina Wang meninggal pada 3 April 2007, setelah lama berjuang melawan kanker. Nasib harta warisan yang melampaui kekayaan Ratu Inggris pun tak jelas.

Berdasarkan hukum Hong Kong, menurut pengacara Wong Tak-sing, saudara dan saudari Nina bisa mengajukan diri untuk mewarisi kekayaannya bila Nina tidak meninggalkan surat wasiat. Para keponakan Nina juga bisa berbagi kekayaannya seperti halnya jika orang tua mereka meninggal.

Kisah Nina memperoleh kekayaan hingga hingga warisannya menjadi rebutan mirip adegan drama. Setelah sang suaminya, Teddy Wang, seorang taipan properti, dinyatakan tewas satu dasa warsa silam, Nina berhasil memenangi kasus perebutan warisan harta almarhum suminya melawan ayah mertuanya.

Melodarama Asia ini dimulai pada 12 April 1983 saat Mercedes Teddy dibajak dan tubuhnya dirantai di sebuah ranjang. Dia baru dilepas dengan cara dimasukkan dalam sebuah peti yang ditinggalkan di pinggir jalan setelah Nina membayar tebusan senilai US$ 11 juta.

Pada 10 April 1990, Teddy diculik lagi. Sejak saat itu, Teddy tidak pernah kelihatan lagi meski keluarganya telah membayar uang tebusan US$ 33 juta. Secara hukum, pengadilan Hong Kong pada 1999 menyatakan Teddy meninggal, sembilan tahun setelah drama penculikan tersebut.

Kung Yu Sum alias Nina merupakan teman masa kecil Teddy, putera Wang Din-shin, yang memiliki bisnis cat dan farmasi. Pada 1948, ketika Nina berumur 11 tahun dan Teddy 15 tahun, persahabatan mereka bersemi kembali.

Keluarga Wang pindah kemudian pindah ke Hong Kong. Mereka terus menjalankan bisnis hingga membentuk Chinachem Group, satu dari beberapa perusahaan terbesar dan berpengaruh di Hong Kong.

Pada 1955, Nina ikut merantau ke Hong Kong dan menikah dengan Teddy. Nina bergabung dengan Teddy yang menjalankan bisnis farmasi dan cat sebelum terjun ke dunia properti. Pada 1980-an, pasangan ini menjadi bagian dari bisnis properti Hong Kong yang tengah booming.

’Perang’ Melawan Mertua

Kematian Teddy memunculkan babak baru, yakni perebutan harta antara Nina dan ayah Teddy. Masalah warisan membawanya ke perang hukum yang sensasional dengan sang mertua, Wang Din-shin. Keduanya mengklaim berhak atas peninggalan Teddy Wang.

Nina berpegang pada surat wasiat tulisan tangan Teddy. Menurut Nina, surat wasiat itu dibuat dan ditandatangani Teddy pada Maret 1990, sebulan sebelum Teddy diculik. Awalnya, Wang Din-shin menang dalam sidang di pengadilan namun Nina menang setelah mengajukan banding.

Setelah menguasai harta warisan sang suami, Nina berhasil mengembangkan perusahaan Chinachem Group, menjadi pengembang properti raksasa. Menara kantor dan kompleks apartemen yang dibangunnya menyebar di seluruh penjuru Hong Kong.

Nina dikenal publik di Hong Kong karena dandanan khasnya. Nina selalu menguncir rambutnya dan gemar mengenakan baju tradisional Tiongkok. Media-media lokal menjulukinya sebagai Little Sweetie, tokoh gadis kartun Jepang.

Meskipun mengidap penyakit serius, wanita kelahiran 29 September 1937 itu tak pernah secara resmi mengakui bahwa dirinya tengah sakit. Koran-koran Hong Kong melaporkan, Nina menderita kanker indung telur yang telah menyebar ke hati dan organ-organ lainnya.

Dia masuk rumah sakit dan menjalani kemoterapi. Akhirnya, malaikat maut pun menjemput wanita yang dinobatkan oleh majalah Forbes sebagai orang terkaya nomor 35 di dunia.

Wasiat Kontroversial

Selama hidupnya, Nina tidak memiliki anak. Setelah meninggal, Nina mewariskan kisah tragis karena dia meninggalkan surat wasiat. Dalam surat wasiat itu, dia memberikan warisannya kepada seorang penasihat feng shui pribadinya bernama Chan Chun Chuen.

Keputusan Nina yang tertuang dalam surat wasiat itu menjadi berita kontroversial. Keputusan tentang pewaris kekayaan Nina kembali menghidupkan drama di pengadilan.

Sehari setelah upacara pemakaman Nina, Rabu (18/4), dua surat wasiat yang diduga ditulis Nina pada 2002 dan 2006, dipublikasikan secara terpisah di Next Magazine dan Apple Daily. Dokumen 2002 menyatakan, kekayaan Nina akan diwariskan kepada lembaga amalnya. Namun versi 2006 menunjuk penasihat feng shui pribadinya, Chan Chun Chuen, sebagai ahli waris.

Mengutip sumber-sumber yang dekat dengan keluarga Wang, Apple Daily melaporkan, para saudara yang terdiri atas dua adik wanita, satu adik pria, para ipar, dan para pembantu seniornya tidak familiar dengan Chan. Mereka kecewa dengan surat warisan baru tersebut. Mereka berencana membawa masalah ini ke pengadilan.

Sumber-sumber itu mengatakan, keluarga Wang memiliki ‘bukti kuat’ yang bisa mendiskreditkan warisan kepada Chan dan mereka yakin bisa memenangi kasus tersebut.

Jika benar, dokumen 2006 kemungkinan ditulis dua tahun setelah Wang didiagnosis menderita kanker atau setelah dia menang dalam sidang pengadilan melawan ayah mertuanya. Cerita ini memang belum berakhir. Masih panjang kisah ini jika keluarga Nina menuntut hak mereka atas kekayaan Nina. (cundoko aprilianto)

Tinggalkan komentar